Kategori
Jejak selangkah

Kembali

Tampaknya waktu telah menjawab apa yang akan terjadi. Keinginan untuk mengetik untuk mencurahkan isi pikiran lewat kata-kata kembali datang. Rutinitas yang tidak pernah putus menjadi seorang ayah, ASN, dokter, dan warga negara Indonesia memerlukan waktu kosong. Kembali menjadikan tempat mengetik menjadi tempat kosong menjadi tantangan tersendiri. Haruskah membuat deadline untuk semua karya, atau content apa yang harus disajikan. Lalu untuk siapa rangkaian kata-kata ini dibuat. Manusia perlu kembali kepada apa yang mereka senangi, walau bukan hobi. Berat rasanya kembali, namun lega rasanya mampu mengetik.

Kembali takut untuk mengetik terkadang menghantui. Sebenarnya apa itu mengetik, dan untuk siapa? Kembali melihat ke dalam diri sendiri dan membaginya dalam rangkaian kata-kata.

Kategori
Informasi medis

Gimana sih Penyerapan dan Metabolisme Kafein?

Kopi merupakan minuman terpopuler di dunia dan mengandung banyak senyawa kafein. Hal ini membuat kafein menjadi zat psikoaktif yang paling banyak dikonsumsi. Zat psikoaktif adalah zat kimia yang mengubah fungsi sistem saraf dan mengakibatkan perubahan persepsi, suasana hati, kesadaran, kognisi, atau perilaku. Namun bagi penikmat kopi jangan khawatir mengenai zat psikoaktif ini, karena kafein bukan termasuk NARKOBA. Sesuatu yang harus kita perangi bersama.

Menyerumput kopi menjadi sebuah rutinitas yang asyik dilakukan, baik di waktu senggang ato menjadi penyemangat saat bekerja. Sebagian dari kita akan mengatakan kita tidak saja sedang meninkmati aroma dan rasa dari kopi itu, namun mencari efek dari kafein yang terkadung didalamnya. Mari kita perdalam apa itu kafein dan efeknya pada tubuh kita. Minuman apa juga yang mengandung kafein, sehingga kita memiliki pilihan minuman selain kopi untuk bisa menikmati efek dari kafein.

Secara kimia, kafein adalah methylxanthine (1,3,7-trimethylxanthine). Kafein diserap sempurna oleh saluran pencernaan kita dalam waktu 45 menit setelah dikonsumsi. Kafein dalam darah sendiri akan meningkat segera sekitar 15 menit sampai 2 jam setelah dikonsumsi. Kafein akan menyebar segera ke seluruh tubuh dan melewati batas sawar-otak (blood-brain barrier). Waktu paruh kafein pada tubuh orang dewasa adalah sekitar 2,5 – 4,5 jam, bervariasi antara orang. Waktu paruh artinya berapa lama zat tersebut berkurang menjadi setengah dari nilai awal sehingga mengurangi efek dalam tubuh.  Ini akan mempengaruhi waktu yang harus disediakan oleh penikmat kopi untuk menikmati kopi agar mendapat waktu yang tepat merasakan efek dari kafein. Bersantai di sore hari atau di selang waktu bekerja akan membuat efektif untuk menikmati kafein itu.

Menjadi perhatian adalah bagaimana waktu paruh kafein pada bayi dan wanita hamil. Bayi baru lahir memiliki kapasitas yang terbatas dalam metabolisme kafein, waktu paruhnya adalah 80 jam. Sedangkan pada umur 5-6 bulan, kapasitas metabolisme kafein tidak mengalami perubahan. Kehamilan menurunkan metabolisme kafein sehingga membuat waktu paruh nya menjadi 15 jam, khusus pada umur kehamilan trimester ketiga. Merokok mempercepat metabolisme kafein menjadi 50%. Sedangkan kontrasepsi oral memperpanjang waktu paruhnya menjadi 2 kali.

Hati menjadi organ vital dalam proses metabolisme kafein. Kafein di metabolisme oleh enzim cytochrome P-450 (CYP), khususnya CYP1A2. Kafein akan dimetabolisme menjadi paraxanthine dan dalam jumlah kecil menjadi teofilin dan teobromin. Selanjutnya zat ini menjadi asam urat dan akhirnya dikeluarkan di urine.

Berikut tabel minuman yang mengandung kafein:

Brewed coffee adalah Kopi yang dibuat dengan menuangkan air panas ke biji kopi bubuk, lalu biarkan diseduh. Americano coffee adalah jenis minuman kopi yang dibuat dengan mengencerkan espresso dengan air panas, memberikan kekuatan yang serupa dengan, tetapi rasa yang berbeda dari, kopi yang diseduh secara tradisional. Espresso coffee  dibuat dengan memaksa air panas bertekanan melalui biji kopi yang digiling sangat halus menggunakan mesin espresso.

Selanjutnya blog ini akan membahas keuntungan kafein dalam peningkatan performa kognitif dan meredakan nyeri. Pastikan membaca artikel berikutnya.

Daftar Pustaka:

Rob M. van Dam, Frank B., Walter C. Willett. Coffee, Caffeine, and Health. N Engl J Med 2020;383:369-78.

Kategori
Jejak selangkah

Sebagian Dunia

Dulu pernah terpikir setelah menamatkan SMA akan ke dunia pariwisata. Kuliah 4 tahun di STP jurusan ADH kemudian berlayar beberapa tahun. Pulang dari berlayar melanjutkan sekolah hospitality. Mencari pekerjaan dengan orientasi menjadi general menager. Saat pensiun akan memiliki hotel yg akan dikembangkan jadi hotel ternama.

Setelah 6 tahun cita2 itu dibuat, ternyata dunia medislah tempatku berlabuh. Melakukan rutinitas jaga dgn shift pagi-sore-malam menjadi agenda rutin. Berusaha membuat para pasien melanjutkan liburan dengan cepat.

Hari ini memang tidak jauh dari pariwisata. Tempat kerja saat ini merupakan klinik pariwisata. Tidak terlalu jauh dari cita2 setamat SMA.

Semoga sebagian dunia ini dapat kujalani dengan baik. Kewajiban harus dilaksanakan seprofesional mungkin. Bukan mengharapkan banyak tamu yang sakit, namun memastikan orang yang memerlukan jasa medis dapat melanjutkan liburannya.

Kategori
Jejak selangkah

Kaki tak terayun, tak perlulah mulut berbuih

Butuh banyak org yg berpikir seperti ini. Terlebih bergerak untuk menyelesaikan, bukan dengan mulut.

Kategori
Guratan Kisah

Ada Apa Antara Aku dan Pramuka?

Manusia diciptakan dengan dua sifat dasar yaitu sebagai mahluk individu dan sosial. Seorang individu tidak akan pernah bisa lari dari hukum alam tersebut selama ia masih terikat. Sifat individu mendasari ego seseorang sebagai mahluk hidup. Usaha bertahan hidup dan mencari kematian adalah contoh menarik dari sifat ini. Hal ini begitu menarik bila kita berada di dalam kelas psikologi. Sesuatu yang lebih besar ternyata tersimpan dengan apik, namun secara tersirat. Hal ini membuat tidak semua orang mampu melihat semua itu sebagai suatu bagian dari sebab akibat dari hukum alam yang terlalu besar untuk dijelaskan disini. Sifat individu yang dimiliki akan memberikan warna pada apa yang kita lakukan sehari-harinya. Sebenarnya apa yang membentuk keindividuan itu? Jawaban yang paling tepat yang saya dapatkan setelah menyelesaikan pendidikan di bagian Kedokteran jiwa adalah psikodinamika. Tulisan ini tidak akan menjelaskan tentang materi psikodinamika itu, namun bercerita lebih banyak pada krisis dan solusi yang tercipta pada kehidupan penulis sehingga berdampak suatu usaha yang sebenarnya bersifat individu, namun berharap memberi makna lebih dari sisi sosial.

Suatu waktu kita harus memilih jalan mana yang akan diambil untuk melanjutkan kehidupan ini lebih berarti. Saat krisis itu datang tidak jarang kita harus meninggalkan sesuatu yang begitu berarti atau memberi arti lebih pada hidup ini. Melanjutkan pendidikan di bidang kedokteran menjadi alasan terkuat untuk meninggalkan dunia Pramuka saat itu. Sungguh berat sebenarnya. Bukan sebuah tempat yang nyaman sebenarnya yang harus ditinggalkan. Hanya saja begitu banyak cerita yang membentuk kepribadian ini. Seorang pembina yang begitu fanatik dengan Badden Powel sering mengatakan,

‘tinggalkan tempat ini lebih baik dari sebelum kamu datang’.

Saat itu tidak ada bisa diberikan saat meninggalkannya. Sesuatu yang teringat betul adalah begitu banyak yang didapat di tempat itu. Diri ini meninggalkan tempat itu dengan sesuatu yang baik sebelum diri ini datang kesana, harus ku yakini.

Menjadi Penegak Laksana adalah sesuatu yang begitu membagakan. Laksana berarti mampu bediri sendiri untuk melakukan sssuatu dengan baik dan bertanggung jawab. Apak benar saya telah pantas itu? tidak pernah bisa terjawab dengan penuh keyakinan. Sebuah tamparan akan saya ingat untuk memastikan saya mampu membawa beban yang begitu berat yang saya taruh sendiri di pundak. Saat itu tidak ada yang saya berikan untuk pramuka.

Menjadi Dewan Kerja Cabang adalah cerita lain dari bagian kecil ini. Tempat yang begitu membuat saya memiliki ruang untuk berpikir siapa sebenarnya saya. Salah dan benar terkadang dikaburkan oleh apa yang disebut dinamika kehidupan. Dinamika organisasi menjadi cerminan tentang bagaimana sebenarnya hidup. Menentang orang dewasa merupa proses pembelajaran, namun saat tahu kita salah maka harus dengan keberanian dan ketulusan mengakui kita harus belajar sesuatu yang begitu sulit, kehidupan. Orang-orang yang sebaya dan lebih tua, namun saya panggil ‘kakak’, menjadi panutan. Masa-masa sulit dalam hidup terutama masalah hilangnya tokoh panutan dalam kehidupan karena meninggal, cukup membuat tersenyum karena ada mereka. Walau pada akhirnya salah satu dari mereka harus saya temui di ruang Forensik saat saya melanjutkan pendidikan dokter. Saat bertanya apa yang saya berikan, saya hanya menjawab dalam hati. Tidak ada kata yang mampu saya katakan selain terima kasih. Pergi dalam keadaan penuh dengan pengalaman yang begitu berarti tanpa memberikan sesuatu sangat sulit terasa di dada ini.

Govindra Metriya, Bahari, Dianpinsat, Raimuna, Pertikari, dan Jambore menjadi cerita yang begitu panjang untuk diceritakan. Tidak mungkin menceritakan bagaimana saat terjerumus pramuka di SMA N 4 dengan akal daya Dewa Cakrabuana dan sahabatnya PG, saat ini masih kuragukan batasan hubungan mereka. Perasaan bangga saat menginjakkan kaki di KRI yang sandar di Benoa. Menjadi sangga kerja dan belajar dari orang-orang yang luar biasa adalah sesuatu yang sungguh indah. Memiliki kesempatan untuk melihat saudara-saudara dari sabang sampai merauke adalah begitu berharga yang bisa ceritakan tentang besarnya bangsa Indonesia ini. Sampai disana tidak ada yang bisa saya berikan.

Menyelesaikan pendidikan adalah sesuatu yang luar biasa bagi insan yang mempunyai kesempatan duduk di bangku kuliah. Hari ini saya belum wisuda, jadi belum selesai benar. Kebahagian tertinggi yang saya miliki adalah apa yang saya dapatkan dari proses pendidikan kedokteran mampu dibagikan kepada yang memerlukan. Hal ini yang menjadi alat utama saya untuk menjawab kata-kata yang diberikan oleh pembina itu. Pengetahuan kegawatdaruratan yang saya miliki, walau tidak seberapa, rasa-rasanya hal yang bisa saya bagikan saat ini. Kejadian yang begitu sedih untuk diingat adalah saat mendapati seorang panutan terbujur kaku dengan scarf merah putih ada di lehernya. Keinginan agar semua orang yang mereka sebut dirinya pramuka tahu apa yang harus dilakukan saat melihat sesorang tak berdaya terkena kecelakaan. Hal ini terasa begitu menggebu-gebu terlebih sebelum itu kami berkeinginan melakukan. Membuat seluruh pramuka tahu mengenai Bantuan Hidup Dasar. Mungkin ini yang bisa berikan.

Sungguh individu sekali sebenarnya apa yang ingin saya lakukan. Sifat keindividuan yang belum mampu melihat apakah sebenarnya ini yang dibutuhkan Pramuka. Apakah mereka akan mau menerima ucapan terima kasih dari saya karena telah membentuk pribadi yang cukup matang saat ini.

Semoga tulisan ini mampu mewakili apa yang saya dapat dan saya berikan untuk pramuka. Walau seragam pramuka tersimpan rapi di lemari dan kacu dan baret telah pergi entah kemana, keinginan untuk berterima kasih ini dapat terlaksana.

BHD Jambore

I Putu Anom Nurcahyadi, S.Ked.

Di depan laptop yang telah vegetatif, 312190

Kategori
Guratan Kisah

Keterikatan pada Sebuah Dasar Fondasi

Hal yang mendasar terkadang terlalu sulit disadari keberadaanya. Tak salah sastrawan zaman dahulu membuat pepatah ‘gajah di pelupuk mata tak tampak, sedangkan semut di seberang laut tampak’. Bukan pepetah tersebut yang akan dibahas, namun bagaimana kita memcoba melihat gajah itu dan melepaskannya. Dasar merupakan sebuah fondasi dari apa yang terbangun diatasnya. Dasar akan selalu melekat dengan struktur diatasnya, suka maupun tak suka. kelekatan tersebut sering diartikan sebuah keterikatan. Bangunan tidak akan kokoh jika bagian dasar dan struktur atasnya tidak terikat dengan kuat.

Dasar dapat menjadi sumber dari segalanya. Layaknya pertemuan sperma dan ovum di tuba falopi akan menghasilkan sebuah sel yang nantinya berkembang menjadi organisme yang terdiri dari jumlah sel yang tak terhingga dengan organ lengkap dan berfungsi. Dasar hampir selalu berasal dari zaman dimana dasar itu belum terbentuk. Pengaruh diluar struktur begitu kuat membangun dasar. Aspek psikologis menjadi aspek yang menarik jika membicarakan perkembangan emosional manusia menurut Freud. Begitu banyaknya faktor diluar diri kita dijadikan domaian dari dasar pemikiran atau dasar alam bawah sadar sehingga nantinya terefleksikan dalam perilaku. Setelah yang diluar itu masuk, individu akan memproses apa yang terjadi. Dengan nalar alamiah semua itu akan menjadi dasar untuk mempertimbangkan sesuatu dan bertindak.

Keterikatan tak ada bedanya ikatan yang terkadang longgar ataupun sangat ketat. Membatasi apa yang terjadi dengan batas-batas yang diajukan sang dasar. Sejatinya tidak ada yang salah dengan keterikatan. Hidup dengan aturan yang telah baku merupakan keadaan ternyaman manusia. Keterikan membuat kita merasa benar dan orang lain salah. Terkadang ikatan tidak akan membuat kita berpindah dari satu dasar ke dasar yang lain sampai dasar yang sebelumnya belum terbantahkan.

Lepas dari keterikatan dan membuat dasar yang merupakan sesuatu yang bersifat personal. Antara individu tidak akan sama prosesnya. Buku ‘Tao of Physic’ memaparkan suatu perubahan yang begitu masif dalam pola pikir ilmuan fisika. Bagaimana teori Newton yang dipercaya sebagai hukum yang begitu kekal dibantah dengan lahirnya hukum relativitas oleh Einstein. Dalam film ‘Eddington And Einstein’ memaparkan bagaimana perjuangan dasar yang baru itu masuk dalam tatanan kehidupan fisika. Tidak hanya aspek keilmuan yang dijadikan pertimbangan. Suatu perubahan akan selalu menghasilkan gesekan. Seberapa besar gesekan menjadi tolak ukur bagaimana fase penolakan terjadi pada sebuah zaman transisi. Peperangan yang tejadi antara Jerman dan Inggris menjadi intrik dalam penyesuaian dasar tersebut. Saat mereka lepas dari keterikatan maka akan terbentuk pikiran yang bebas dan mampu mencapai penyesuaian untuk dasar yang baru itu.

einstein

Keinginan untuk berubah dalam hidup layaknya sebuah usaha yang abadi dalam menjalani sebagian besar kehidupan ini. ‘Hal yang abadi adalah perubahan itu sendiri’. Perubahan yang terbesar dapat direncanakan. Kebanyakan orang memulai perubahan tu dengan sebuah mimpi. Mimpi menjadi dasr dalam perubahan. Mimpi layaknya bunga tidur yang terkembang saat seseorang berada pada fase tidak nyaman. Sebelum tidur mereka akan mengulang cerita hari itu dengan penuh resah. Menganalisis cerita mana yang akan diulang dan yang mana akan diperbaiki. Tampaknya perubahan ini memiliki hubungan dengan kesalahan-kesalahan yang harus diperbaiki. Mimpi tidak hanya sebuah bunga tidur biasa yang penuh mitos, tetapi kekuatan untuk melakukan perubahan itu sendiri. Dan untuk sekian kalinya pada tiap pagi kita akan terbangun dengan semangat baru. Semangat untuk melakukan perubahan. Belum tentu tiap harinya perubahan yang kita impikan terjadi sesuai mimpi. Paling tidak semangat baru tiap pagi tersebut mampu menghasilkan benih-benih baru dari bunga tidur yang terkembang.

Bagaimana dengan keadaan dimana seseorang berada pada keadaan zona nyaman? Pada keadaan tersebut dasar perubahan tampaknya hampir tidak ada. Keterikatan menjadi penghalang untuk mampu berpikir apa yang salah. Keterikatan menjadikan kita diam, tersandra dalam kekangan yang bukan nyaman tapi merasa disekitar kita begitu statis. Selalu sama, lalu mengapa harus berubah. Tali kekangan itu tak selalu sama antar individu. Fisikawan Inggris sampai pada awal abad 20 begitu nyaman dengan hukum gravitasi Newton. Dengan begitu mereka dengan nyaman memprediksikan alam semesta. Jika sebuah gaya diketahui dengan detail dari mana asal arah, kemana, dan besarnya maka alam semesta begitu menjadi mudah dalam tulisan diatas kertas. Namun, Tidak semua planet dalam tatanan galaksi ‘Bima Sakti’ terbukti mengikuti hukum Newton itu. Zona kenyamanan itu terganggu.

Keberanian membuat perubahan didasari keberanian mendobrak dasar berpikir. Layaknya memperbaiki struktur bangunan yang besar harus dimulai dari dasar. Setidaknya dibutuhkan tiga hal mendasar untuk itu. Keberanian mencari, melihat kesalahan pada dasar bangunan tersebut dan merobohkan bangunan itu untuk memperbaikinya. Mencari kesalah dilakukan dengan bertanya tentang hal-hal yang tidak sesuai dengan mengapa bangunan itu tidak memiliki fungsi yang kita inginkan. Saat kita meyakini sesuatu kita setidaknya menyadari kepastian hasil yang kita lakukan. Dasar agama menjadi begitu kuat karena disana mencakup sebab dan akibat yang begitu mutlak. Mencari kesalahan pada dasar agama begitu sulit jika berada dalam zona nyaman agama. Jika mampu membuat pertanyaan mengenai apa yang salah dengan diri kita, kebranian pertama mungkin telah ada. Mengajukan pertanyaan tentang orbit merkurius yabng tidak sesuai dengan hukum Newton merupakan keberanian yang patut dicontoh. Saat itu Newton menjawab itu kuasa Tuhan yang harus ada.

Mendobrak dasar berpikir menjadi awal dari perubahan untuk bebas dari keterikatan. Mencari jawaban untuk pertanyaan diatas menjadi hal yang monumental yang dilakukan Einstein. Jika kita terbiasa dengan bangun pagi pukul 08.00, mengapa tdak mencoba bangun pukul 06.00. Jika tiap pagi kita meminum kopi, mengapa tidak menikmati secangkir hangat latte. Kopi dan susu bercampur memberikan manis dan pahit yang mampu mengingat hitamnya kemarin dan manisnya hari ini. Mencoba terus adalah kunci perubahan itu.

Hal yang tersulit dalam artikel ini bagaimana kita menetukan dasar kehidupan yang kita lakoni memang perlu diubah. Melakukan perubahan saat dasar itu salah begitu mudah. Bagaimana dalam bangunan struktur yang begitu masif kita mampu menentukan dasar yang salah. Dalam jutaan kubik semen dan batu bata yang tersusun memiliki kesalahan. Bagaiamana kita menyadari dasar itu harus diubah. Apakah kesalahan pada dasar yang kita pikir memang bermanifestasi pada bangunan itu. Apakah bangun pada pukul 08.00 dan meminum kopi itu salah? Kata kunci untuk menjawab tersbut adalah ‘zona nyaman’. Mampukah kita keluar dari zona nyaman?

Setelah kita yakin dasar yang salah tersebut biang kerok dari tidak fungsionalnya sebuah bangunan, kita harus memiliki keberanian untuk bertanya apakah seluruh bangunan ini akan dihancurkan hanya untuk memperbaiki dasar tersebut. Itulah keberanian yang ketiga diatas. Semua itu tergantung seberapa salah dasar yang kita anut. Seberapa besar dampak fungsional kesalahan dasar yang kita anut.

Keterikatan pada suatu dasar tidak sepenuhnya salah. Artikel ini bertujuan kita bertanya apakah dasar kita berpikir hingga akhirnya bertindak sudah benar. Walupun benar dan salah tersebut tetap tergantung dasar yang kita gunakan berpikir. Mario Teguh mengatakan kebenaran itu berasal dari hati yang tenang. Namun hal tersebut kontradiksi dengan teori Freud. Apa yang kita pikirkan hari ini dipengaruhi hal-hal yang terjadi pada masa lalu. Walaupun teori ini belum pernah dibuktikan.

Terima kasih.

Bonyoh, Kintamani. 317081.

Kategori
Kedokteran

Hubungan pasien –dokter dengan mu?

Hubungan pasien –dokter dengan mu?

  • Perasaan saya mempengaruhi tingkah laku saya.
  • Perilaku saya mempengaruhi perasaan penderita.
  • Perasaan penderita mempengaruhi perilaku penderita.
  • Perilaku penderita mempengaruhi perasaan saya.
  • Perasaan penderita mempengaruhi perilaku penderita.
  • Perilaku penderita mempengaruhi perasaan saya.

dr. IGN. Putra Gunadhi, 1996

Kategori
Jejak selangkah

Saksi

Malam sebenarnya tak begitu dingin. Hembusan angin ini sejatinya bukanlah pencari kehangatan. Suatu hal patut dipersalahkan untuk alasan mengapa hati ini begitu terasa ingin merasakan hangat. Gelapnya malam tidak pernah membutakan. Perasaan ini yang mampu membutakan. Gemgaman ini menguatkan tuk percaya kehangatan ini kuperlukan. Gemgaman ini menjadi penuntun dari hati yang telah dibutakannya. Sebuah gemgaman yang menghapus ruang kosong di telapak tangan.

Langkah begitu terasa pelan. Berusaha merasakan kehangatan yang begitu tersirat dalam dinginnya malam. Mungkin sengaja diperlambat untuk bisa saling memahami bagaimana nantinya akan melangkah. Bukan kehati-hatian, namun merasa milik dirinya dan diriku terasa begitu indah. Jejak empat langkah itu terlalu sempurna meninggalkan bekas di pasir yang halus itu. Langkah awal untuk membawa kedua insan ini meyakinkan diri akah kehangatan itu.

Sesekali pandangan rona kemerahan pasti akan menampakkan diri jika saja malam tidak begitu gelap. Hanya lampu merkuri kuning yang memberikan siluet indah wajahnya. Lekukan di bibirnya begitu mempesona. Bukan senyum senang, namun lekukan yang ku yakin memeberikan kenyamanan bagi yang melihatnya. Sungguh aku menikmati senyuman itu.

Tampaknya suara deburan ombak ikut andil dalam menjadi saksi. Terdapat dua bintang yang pernah kami beri nama. Sungguh arogan melakukan hal itu. Namun, itu lah sebagian dunia yang ingin kami ciptakan. Bulan begitu manis disana. Tak ada yang perlu di deskripsikan untuk hal itu. Tunggal, putih, dan indah. Pohon-pohon yang sedikit bergerak akibat angin tampak begitu senangnya. Saksi-saksi itu tak terlupakan.

Gemgaman itu makin erat. Langkah terhenti seketika. Pandangan itu bertemu untuk sekian kalinya, namun kali ini berbeda. Waktu terasa terhenti dan saksi-saksi seakan menahan nafas. Anak tangga membantu untuk mengutarakannya. sepertinya aku memerlukan itu mengingat kelebihan yang kumilki.

Pelan tapi pasti kata-kata itu mulai keluar dari mulutku. Manusia tidak pernah tau apa yang ia katakan apakah benar-benar merupakan isi hatinya. Hanya keyakinan menjadi pegangannku. Jauh disana, dihatiku, telah tersedia tempat, hanya sebuah. Keyakinan bahwa akan ada seorang hawa yang akan mengisinya. Keyakinan ini pun menghapus keraguan. Kata-kata itu menjadi penyambung pesan dari tempat yang kosong itu kepadanya. Keyakinan bahwa dialah sang hawa yang akan menduduki singga sana di tempat yang kosong. Mengubahnya dari tempat kosong menjadi terisi. Pesan itulah yang ingin disampaikan kata-kata yang begitu pelan tapi manis terucap. Kecupan itu akan mengawali semuanya.

Terima kasih telah memeberikan kepercayaan untuk selalu berusaha berbuat yang terbaik untukmu.

Kategori
Jejak selangkah

Minggu Pagi

Mari kita sedikit merenung dengan apa yang terjadi pada awal hari ini.

Setidaknya seminggu yang lalu diawali sms dari adiknya yang menanyakan apakah aku jejaring disana atau tidak. Sehari berikutnya sms nya pun sampai dengan pertanyaan yang sama. Tidak ada jawaban yang pasti yang aku dapat saat bertanya alasan untuk pertanyaan itu. entah kenapa langsung kutelpon dan ku buat jadwal. Aneh untuk mengiyakan ajakan tanpa alasan. Khayalan liar mulai memenuhi ruang di kepala ini.

Ditunggui di depan rumah sakit menjadi awalnya. Serius benar sampai menunggu di depan rumah sakit. Tapi sudahlah. lanjut mengikutinya menuju istana kecilnya. Berharap rantai motor tidak lepas sekarang. Sampai didepan rumahnya bokapnya langsung menyapa dan membukakan pintu. Entah apa yang ada di dalam pikirannya. Kalau aku jadi beliau pasti semua gambaran burukku akan ada. Siapa coba yang juari pagi-pagi bertamu datang bersama anaknya. Melali. Hanya hal itu alasan yang aku pegang.

Masuk ke istana kecilnya diantar nyokapnya menambah fantasi liar di otakku. Pria macam apa yang dibawa anaknya. Aku juga berpikir, aku harus menemukan alasan yang lebih baik dari pada melali.

Namun sampai akhir, alasan yang ku miliki untuk ke rumah itu adalah melali.

Terima kasih…

Kategori
Guratan Kisah

DM Vs Co-Ass

Sebuah perenungan sampai pada kata apa yang paling tepat digunakan sebagai panggilan bagi orang-orang yang telah bergelar S.Ked dibelakang namanya. Hal ini cukup menggelitik saat minggu-minggu pertama bertugas di rumah sakit. Sebagai orang dengan pengetahuan dan keahlian yang tak lebih seujung kuku tampaknya perlu perenungan apa yang bisa dan tidak kita lakukan pada fase ini. Pengetahuan yang teruji dengan nilai IPK tidaklah cukup jika berhadapan langsung dengan pasien. Lebih-lebih pasien yang kita tangani memerlukan tindakan sesegera mungkin yang berlandaskan teori yang kita pelajari. Alhasil, pola pikir S.Ked belum setajam itu. Tindakan medis yang dilakuakan kebanyakan merupakan tindakan invasif yang tentunya memiliki resiko bagi diri sendiri atau pasien. Dahulu S.Ked hanya bergaul dengan maniqin, seahli itukah. Lalu bagaimana dengan posisi S.Ked pada struktur tugas tenaga medis di rumah sakit, pentingkah kita di rumah sakit atau seberapa penting rumah sakit bagi kita.

Dalam bahasan pertama mari kita menggunakan Dokter Muda (DM). Bekal yang paling penting yang perlu seorang DM bawa dari rumah adalah pengetahuan medis. Hal ini yang membedakan DM dengan tenaga paramedis yang lain. Proses pendidikan sarjana yang satu ini mungkin relatif singkat jika dibandingkan durasi pendidikan masa lampau. Begitu banyak bahan kuliah yang dijejalkan. Mungkin 90% atau 75% atau mungkin hanya 25% ilmu yang diserap dan mampu diingat kembali saat menjadi DM. Hal ini menjadi ironi saat kita bertugas yang berhadapan langsung dengan pasien. Pasien begitu mengharapkan orang yang sedang merawatnya mengerti betul penyakit yang sedang dihadapinya. Saat mengenakan jas putih dengan name tag berwarna putih atau saat mengenakan baju pink. Pasien tidak akan peduli siapa kita, mereka akan mengenal kita sebagai orang yang merawatnya. Mereka tidak peduli bahwa kita adalah dokter, residen, atau bahkan hanya sebatas DM. Kebanggaan yang kita letakkan untuk melapisi jas putih ini haruslah selalu didasari sebuah sikap untuk bertanggung jawab tentang ilmu yang kita miliki. Bila merasa ada yang kurang mengenai ilmu yang kita aplikasikan, haruslah dipupuk rasa ingin tahu untuk kepentingan pasien.

Selanjutnya untuk bahasan yang kedua mari kita mencoba sebutan Co-Ass (koass). Sebagai pendahuluan, koass disini bukan bentuk singkatan dari ‘kelompok serba salah’, melainkan Co Asisten. Sebagai operator tentu supervisor, asistennya adalah residen, dan yang membantu asisten adalah koass. Mungkin seperti itu diagram tugas koass. Dalam melaksanakan tugas keseharian koass akan lebih banyak belajar tindakan invasif minimal pada tenaga paramedis seperti pada perawat ataupun bidan bila betugas di kebidanan. Entah karena bawaannya atau karena koass nya yang tidak melakukan tugas dengan benar, biasanya kita akan mendapat sindiran dari mereka. Hal ini terkesan masuk akal jika kita memang tidak benar melakukannya dan pasien merasa dirugikan dengan apa yang kita lakukan. Semua tindakan kita usahakan untuk kebaikan pasien. Menggunakan alasan belum terampil tampaknya bukanlah alasan yang baik yang dapat digunakan untuk didepan pasien. Lain waktu kita sering diminta melakukan hal-hal yang sebenarnya sepele, namun terkadang karena ego yang kita miliki membuat pikiran negatif begitu lancarnya keluar. Hanya disuruh mengambil lab terkadang membuat kita mengeluh, kenapa harus koass. Apalagi jika nada menyuruhnya relatif keras. Yang harus diingat saya pikir adalah pasien, dan apa yang kita lakukan untuk membantu residen dalam upaya membantu pasien menemukan kata sehat.

Pernahkah kita memperhatikan struktur kerja dalam suatu rumah sakit, pusat ataupun daerah. Dalam pembagian tenaga medis atau paramedis, sebenarnya DM itu dimasukkan pada bagian apa? Fasilitas apa yang diberikan pihak kampus kepada SMF/bagian di rumah sakit? pada beberapa bagian hal ini mejadi alasan untuk membatasi koass untuk memanfaatkan fasilitas yang ada. Namun begitu kita tetaplah DM/koass.

Rumah sakit tak ayalnya seperti sebuah masa kepompong dalam pendidikan dokter. Ujian bukan hanya berasal dari supervisor, namun juga dari lingkungan kerja yang, penulis yakini, akan membentuk mental seorang dokter nantinya. Jika dengan hal seperti ini kita sudah keok, mau menjadi apa kita nantinya. Kebanggaan itu bagi beberapa orang menurut penulis sah-sah saja diletakkan untuk melapisi jas putih yang dikenakannya, namun dalam mengenakanannya harus terdapat tanggung jawab yang besar kepada pasien, bukan pada diri sendiri. Ucapan terima kasih yang diberikan pasien kepada kita saat kita usai melakukan tindakan agar selalu dijadikan cambuk untuk lebih bertanggung jawab akabn apa yang kita lakukan. Tak jarang saat pasien berterima kasih, kita menyadari apa yang kita lakukan belum sempurna.

Dalam proses pendidikan memang tidak mungkin tidak menimbulkan korban, namun jangan buat pasien itu menjadi korban. Jadikan mereka guru yang mengajarkan kita bagaimana cara menggunakan apa yang diberikan Tuhan pada kita.

480827_178412245609719_1167872318_n