Hal yang mendasar terkadang terlalu sulit disadari keberadaanya. Tak salah sastrawan zaman dahulu membuat pepatah ‘gajah di pelupuk mata tak tampak, sedangkan semut di seberang laut tampak’. Bukan pepetah tersebut yang akan dibahas, namun bagaimana kita memcoba melihat gajah itu dan melepaskannya. Dasar merupakan sebuah fondasi dari apa yang terbangun diatasnya. Dasar akan selalu melekat dengan struktur diatasnya, suka maupun tak suka. kelekatan tersebut sering diartikan sebuah keterikatan. Bangunan tidak akan kokoh jika bagian dasar dan struktur atasnya tidak terikat dengan kuat.
Dasar dapat menjadi sumber dari segalanya. Layaknya pertemuan sperma dan ovum di tuba falopi akan menghasilkan sebuah sel yang nantinya berkembang menjadi organisme yang terdiri dari jumlah sel yang tak terhingga dengan organ lengkap dan berfungsi. Dasar hampir selalu berasal dari zaman dimana dasar itu belum terbentuk. Pengaruh diluar struktur begitu kuat membangun dasar. Aspek psikologis menjadi aspek yang menarik jika membicarakan perkembangan emosional manusia menurut Freud. Begitu banyaknya faktor diluar diri kita dijadikan domaian dari dasar pemikiran atau dasar alam bawah sadar sehingga nantinya terefleksikan dalam perilaku. Setelah yang diluar itu masuk, individu akan memproses apa yang terjadi. Dengan nalar alamiah semua itu akan menjadi dasar untuk mempertimbangkan sesuatu dan bertindak.
Keterikatan tak ada bedanya ikatan yang terkadang longgar ataupun sangat ketat. Membatasi apa yang terjadi dengan batas-batas yang diajukan sang dasar. Sejatinya tidak ada yang salah dengan keterikatan. Hidup dengan aturan yang telah baku merupakan keadaan ternyaman manusia. Keterikan membuat kita merasa benar dan orang lain salah. Terkadang ikatan tidak akan membuat kita berpindah dari satu dasar ke dasar yang lain sampai dasar yang sebelumnya belum terbantahkan.
Lepas dari keterikatan dan membuat dasar yang merupakan sesuatu yang bersifat personal. Antara individu tidak akan sama prosesnya. Buku ‘Tao of Physic’ memaparkan suatu perubahan yang begitu masif dalam pola pikir ilmuan fisika. Bagaimana teori Newton yang dipercaya sebagai hukum yang begitu kekal dibantah dengan lahirnya hukum relativitas oleh Einstein. Dalam film ‘Eddington And Einstein’ memaparkan bagaimana perjuangan dasar yang baru itu masuk dalam tatanan kehidupan fisika. Tidak hanya aspek keilmuan yang dijadikan pertimbangan. Suatu perubahan akan selalu menghasilkan gesekan. Seberapa besar gesekan menjadi tolak ukur bagaimana fase penolakan terjadi pada sebuah zaman transisi. Peperangan yang tejadi antara Jerman dan Inggris menjadi intrik dalam penyesuaian dasar tersebut. Saat mereka lepas dari keterikatan maka akan terbentuk pikiran yang bebas dan mampu mencapai penyesuaian untuk dasar yang baru itu.
Keinginan untuk berubah dalam hidup layaknya sebuah usaha yang abadi dalam menjalani sebagian besar kehidupan ini. ‘Hal yang abadi adalah perubahan itu sendiri’. Perubahan yang terbesar dapat direncanakan. Kebanyakan orang memulai perubahan tu dengan sebuah mimpi. Mimpi menjadi dasr dalam perubahan. Mimpi layaknya bunga tidur yang terkembang saat seseorang berada pada fase tidak nyaman. Sebelum tidur mereka akan mengulang cerita hari itu dengan penuh resah. Menganalisis cerita mana yang akan diulang dan yang mana akan diperbaiki. Tampaknya perubahan ini memiliki hubungan dengan kesalahan-kesalahan yang harus diperbaiki. Mimpi tidak hanya sebuah bunga tidur biasa yang penuh mitos, tetapi kekuatan untuk melakukan perubahan itu sendiri. Dan untuk sekian kalinya pada tiap pagi kita akan terbangun dengan semangat baru. Semangat untuk melakukan perubahan. Belum tentu tiap harinya perubahan yang kita impikan terjadi sesuai mimpi. Paling tidak semangat baru tiap pagi tersebut mampu menghasilkan benih-benih baru dari bunga tidur yang terkembang.
Bagaimana dengan keadaan dimana seseorang berada pada keadaan zona nyaman? Pada keadaan tersebut dasar perubahan tampaknya hampir tidak ada. Keterikatan menjadi penghalang untuk mampu berpikir apa yang salah. Keterikatan menjadikan kita diam, tersandra dalam kekangan yang bukan nyaman tapi merasa disekitar kita begitu statis. Selalu sama, lalu mengapa harus berubah. Tali kekangan itu tak selalu sama antar individu. Fisikawan Inggris sampai pada awal abad 20 begitu nyaman dengan hukum gravitasi Newton. Dengan begitu mereka dengan nyaman memprediksikan alam semesta. Jika sebuah gaya diketahui dengan detail dari mana asal arah, kemana, dan besarnya maka alam semesta begitu menjadi mudah dalam tulisan diatas kertas. Namun, Tidak semua planet dalam tatanan galaksi ‘Bima Sakti’ terbukti mengikuti hukum Newton itu. Zona kenyamanan itu terganggu.
Keberanian membuat perubahan didasari keberanian mendobrak dasar berpikir. Layaknya memperbaiki struktur bangunan yang besar harus dimulai dari dasar. Setidaknya dibutuhkan tiga hal mendasar untuk itu. Keberanian mencari, melihat kesalahan pada dasar bangunan tersebut dan merobohkan bangunan itu untuk memperbaikinya. Mencari kesalah dilakukan dengan bertanya tentang hal-hal yang tidak sesuai dengan mengapa bangunan itu tidak memiliki fungsi yang kita inginkan. Saat kita meyakini sesuatu kita setidaknya menyadari kepastian hasil yang kita lakukan. Dasar agama menjadi begitu kuat karena disana mencakup sebab dan akibat yang begitu mutlak. Mencari kesalahan pada dasar agama begitu sulit jika berada dalam zona nyaman agama. Jika mampu membuat pertanyaan mengenai apa yang salah dengan diri kita, kebranian pertama mungkin telah ada. Mengajukan pertanyaan tentang orbit merkurius yabng tidak sesuai dengan hukum Newton merupakan keberanian yang patut dicontoh. Saat itu Newton menjawab itu kuasa Tuhan yang harus ada.
Mendobrak dasar berpikir menjadi awal dari perubahan untuk bebas dari keterikatan. Mencari jawaban untuk pertanyaan diatas menjadi hal yang monumental yang dilakukan Einstein. Jika kita terbiasa dengan bangun pagi pukul 08.00, mengapa tdak mencoba bangun pukul 06.00. Jika tiap pagi kita meminum kopi, mengapa tidak menikmati secangkir hangat latte. Kopi dan susu bercampur memberikan manis dan pahit yang mampu mengingat hitamnya kemarin dan manisnya hari ini. Mencoba terus adalah kunci perubahan itu.
Hal yang tersulit dalam artikel ini bagaimana kita menetukan dasar kehidupan yang kita lakoni memang perlu diubah. Melakukan perubahan saat dasar itu salah begitu mudah. Bagaimana dalam bangunan struktur yang begitu masif kita mampu menentukan dasar yang salah. Dalam jutaan kubik semen dan batu bata yang tersusun memiliki kesalahan. Bagaiamana kita menyadari dasar itu harus diubah. Apakah kesalahan pada dasar yang kita pikir memang bermanifestasi pada bangunan itu. Apakah bangun pada pukul 08.00 dan meminum kopi itu salah? Kata kunci untuk menjawab tersbut adalah ‘zona nyaman’. Mampukah kita keluar dari zona nyaman?
Setelah kita yakin dasar yang salah tersebut biang kerok dari tidak fungsionalnya sebuah bangunan, kita harus memiliki keberanian untuk bertanya apakah seluruh bangunan ini akan dihancurkan hanya untuk memperbaiki dasar tersebut. Itulah keberanian yang ketiga diatas. Semua itu tergantung seberapa salah dasar yang kita anut. Seberapa besar dampak fungsional kesalahan dasar yang kita anut.
Keterikatan pada suatu dasar tidak sepenuhnya salah. Artikel ini bertujuan kita bertanya apakah dasar kita berpikir hingga akhirnya bertindak sudah benar. Walupun benar dan salah tersebut tetap tergantung dasar yang kita gunakan berpikir. Mario Teguh mengatakan kebenaran itu berasal dari hati yang tenang. Namun hal tersebut kontradiksi dengan teori Freud. Apa yang kita pikirkan hari ini dipengaruhi hal-hal yang terjadi pada masa lalu. Walaupun teori ini belum pernah dibuktikan.
Terima kasih.
Bonyoh, Kintamani. 317081.